22 Januari 2009

Pancasila Kita



Beberapa waktu lalu saya mendapat kiriman sebuah buku baru yang sudah enggak baru lagi (terbitan tahun 2002). Judulnya dari Samudra Pasai ke Yogyakarta yang diterbitkan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia. Bukunya asyik banget yang isinya kumpulan tulisan dari banyak orang yang dipersembahkan sebagai “Kado Ultah Prof. Ibrahim Alfian”.

Dari sekian banyak tulisan yang menarik itu, ada salah satunya yang menyinggung sedikit tentang pancasila tulisan dari Pak PJ. Suwarno. Beliau mengomentari kembali buku Sejarah Nasional Indonesia VI yang diperbandingkan kembali dengan pernyataan Bung Hatta, siapa sih sebenarnya perumus Pancasila.

Namun, saya tidak akan memperpanjang perdebatan tentang siapa perumus Pancasila tadi. Saya cuma mau sedikit mengutip dari kutipan yang ada di buku ini (weleh…weleh… sudah kutipan dikutip lagi. Hehehe…). Yaitu “ Bung Karnolah satu-satunya yang tegas-tegas mengusulkan filosofishe grondslag untuk negara yang akan dibentuk; yaitu lima sila yang disebut Pancasila; hanya urutannya sila Ketuhanan ada di bawah”.

Nah, sekarang bukan siapanya yang akan saya otak-atik, tapi ada yang lebih menarik dari kutipan tersebut untuk lebih dipelototin. Yaitu “urutan sila Ketuhanan ada di bawah”.

Saya jadi teringat lagi neh pada masa-masanya kuliah dulu. Pas ngambil mata kuliah pancasila, kuliahnya ngluruk sampai ke Fakultas Filsafat. Saya ingat waktu itu dosennya emang nggak sesuai dengan jadwal yang tertulis. Dan iyanya lagi, sang dosen itu ngaku kalau emang sebagai dosen pengganti, dari pertama kuliah sampai ujian akhir (yang gini neh namanya ngganti nggak sih? Ngganti ko dari awal sampe akhir. Hihihi…) Tapi saya cukup beruntung walaupun Cuma dosen serep tapi kuliahnya top markotop. Sangat demokratis & kritis.

Dalam salah satu kuliahnya pun, sempat-sempatnya diajak berdiskusi, berfilsafat dengan Pancasila. Waduh kalo yang beginian harus siap-siap obat sakit kepala sebelum kuliah lho. ”Bagaimana ideal Pancasila?”, kira-kira begitu mungkin ya kalo nggak salah inget, lha dah bertahun-tahun je…

Waktu itu diajak berimajinasi kayaknya lebih tepat nyebutnya. Gimana nggak, Pancasila yang dibikin bertahun-tahun yang lalu sebelum saya lahir kok disuruh pusing membolak-balik. Dari hirarki sampai entah apanya gitu.

Dan saya pun sekarang kembali bertanya. Apa iya Pancasila yang sekarang itu sudah pas? Sekali lagi melihat kutipan di atas tadi. Saya sangat sependapat dengan gagasan Bung Karno. Bahwasannya sila Ketuhanan itu ada di bawah. Ini bukan berarti saya melecehkan Tuhan.

Tuhan kok dibawah to Gunk? Nggak takut kualat po koe?

Alesan saya sederhana saja. Kalau Ketuhanan itu ada di depan berarti tujuan akhirnya adalah keadilan social. Nah lagi-lagi menurut saya, tetap pas, kalau Tuhan itu ada di belakang, jadi setelah keadilan social terpenuhi kita akan tetap ingat dengan Tuhan dan kalau selalu ingat Tuhan kita semua akan bebas dari apa yang namanya itu Pekat alias penyakit masyarakat, seperti korupsi yang sekarang ini bukan hanya konsumsi pejabat di atas saja, tapi virusnya juga sudah mulai menjangkiti wong cilik.

Yah mungkin itulah harapan Bung Karno dulu yang menempatkan Ketuhanan di bawah agar rakyat Indonesia ini punya tujuan akhirnya yang selalu ingat dengan Tuhan.

Wallahualam..

Semoga kita selalu ingat Tuhan kita!

4 komentar:

Anonim mengatakan...

ada masalah jugakah kah kalau kita menulis tuhan dengan huruf "h" kecil bukan dengan huruf "H" besar ? ^_^

Elsa on 26 Januari 2009 pukul 11.12 mengatakan...

jadi inget juga sama jaman kuliah dulu....
aku paling sebeeeeeeeeel sama mata kuliah Pancasila!
hehehhee

Ali Munandar on 27 Januari 2009 pukul 11.03 mengatakan...

lebih baik pikir perut kita sendiri untuk saat ini, soalnya sembako blm turun nih .. hihihi

Anonim mengatakan...

Pusing dey... Aku benci kalo disuruh pelajari yang begitu

 

goenkism Copyright © 2008 Black Brown Pop Template by Ipiet's Blogger Template