Siang tadi kira-kira sore menjelang petang dalam perjalanan Banda Aceh - Medan mungkin merupakan hari yang paling menyeramkan buat saya seorang. Kenapa Gunk? Karena dengan sangat menyesal saya menjadi seorang pemuda pembunuh berdarah dingin :+++>
Ceritanya begini :
Hari Senin pagi-pagi karena ada kegiatan Lawatan Sejarah Daerah di Kabupaten Aceh Singkil, saya seperti kegiatan yang sudah-sudah berangkat bersama Pak Jun (Big Bos di Balai) pada rombongan ketiga untuk melakukan perjalanan ke Singkil via Medan. Kenapa harus ke Medan dulu (penting ga sih dicritain :p)? ya karena sebelum terbang ke singkil di Medan kita harus jemput "para Bos" dari Jakarta yang juga ikut meramaikan ke Singkil.
Cerita punya cerita...dalam perjalanan darat dengan cuaca yang cukup cerah ceria ini sebetulnya sangat sempurna tanpa celah sedikitpun. Namun apa yang terjadi saudara-saudara. Manusia boleh berencana tapi Tuhan pula yang menentukan. Dalam perjalanan yang cukup mengasikkan tersebut ada satu insiden kecil mewarnai perjalanan indah saya.
Saat asyik-asyiknya membecek pedal gas sedalem2nya & terlihat jarum spedo mendekati angka 105 km/jam tanpa ada komando dari induk ayam, seekor anak ayam jantan lari dengan riang ke arah jalanan yang akan saya lewati. Jujur aja saya kaget setengah mati. Saya juga menduga bakal ke tabrak kamu an...(panggilan anak ayam)!
Saya cuma punya 2 pilihan entah menarik atau tidak. Pertama, tabrak trus atau kedua hindari nabrak dengan 2 resiko juga. a)Kesatu Rem poooool dengan konsekuensi kepala benjut kejedot stir atau b) banting stir dengan konsekuensi mobil ngepot-ngepot atau bisa jadi terguling-guling.
Akhirnya tanpa pikir panjang. Happppp langsung ku sambar!
oooh noooooo anak ayam itu terjungkal tewas di TKP dan saya hanya bisa menatapnya dari kaca spion (hiks....maapin saya an....)
Huuh habis tuh saya liat lagi di spion. Tapi kali ini bukan ngeliat ke arah anak ayam yang terkapar, tapi melihat ke muka saya sendiri. Ternyata muka saya tetap dingin seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal anak ayam itu baru saja meregang nyawanya.
Tidak......apakah saya telah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin??????
Kepada Gusti Allah...ampunilah hambamu yang telah mencabut nyawa anak ayam itu. Dan untukmu anak ayam, maapin saya yah! semoga Allah mengampuni kesalahanmu & semoga slalu disisiNya.
Agung mengucapkan Turut Berduka Cita Sedalam-dalamnya
Ceritanya begini :
Hari Senin pagi-pagi karena ada kegiatan Lawatan Sejarah Daerah di Kabupaten Aceh Singkil, saya seperti kegiatan yang sudah-sudah berangkat bersama Pak Jun (Big Bos di Balai) pada rombongan ketiga untuk melakukan perjalanan ke Singkil via Medan. Kenapa harus ke Medan dulu (penting ga sih dicritain :p)? ya karena sebelum terbang ke singkil di Medan kita harus jemput "para Bos" dari Jakarta yang juga ikut meramaikan ke Singkil.
Cerita punya cerita...dalam perjalanan darat dengan cuaca yang cukup cerah ceria ini sebetulnya sangat sempurna tanpa celah sedikitpun. Namun apa yang terjadi saudara-saudara. Manusia boleh berencana tapi Tuhan pula yang menentukan. Dalam perjalanan yang cukup mengasikkan tersebut ada satu insiden kecil mewarnai perjalanan indah saya.
Saat asyik-asyiknya membecek pedal gas sedalem2nya & terlihat jarum spedo mendekati angka 105 km/jam tanpa ada komando dari induk ayam, seekor anak ayam jantan lari dengan riang ke arah jalanan yang akan saya lewati. Jujur aja saya kaget setengah mati. Saya juga menduga bakal ke tabrak kamu an...(panggilan anak ayam)!
Saya cuma punya 2 pilihan entah menarik atau tidak. Pertama, tabrak trus atau kedua hindari nabrak dengan 2 resiko juga. a)Kesatu Rem poooool dengan konsekuensi kepala benjut kejedot stir atau b) banting stir dengan konsekuensi mobil ngepot-ngepot atau bisa jadi terguling-guling.
Akhirnya tanpa pikir panjang. Happppp langsung ku sambar!
oooh noooooo anak ayam itu terjungkal tewas di TKP dan saya hanya bisa menatapnya dari kaca spion (hiks....maapin saya an....)
Huuh habis tuh saya liat lagi di spion. Tapi kali ini bukan ngeliat ke arah anak ayam yang terkapar, tapi melihat ke muka saya sendiri. Ternyata muka saya tetap dingin seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal anak ayam itu baru saja meregang nyawanya.
Tidak......apakah saya telah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin??????
Kepada Gusti Allah...ampunilah hambamu yang telah mencabut nyawa anak ayam itu. Dan untukmu anak ayam, maapin saya yah! semoga Allah mengampuni kesalahanmu & semoga slalu disisiNya.
Agung mengucapkan Turut Berduka Cita Sedalam-dalamnya