29 Januari 2009

Kesenjangan oh Kesenjangan

16 komentar
Baca berita hari ini (Serambi Indonesia,29/1) nampaknya saya harus garuk-garuk kepala, bukan karena gatal atau ada ketombe, tapi oleh isi berita yang ada didalam koran itu. Berita yang bikin gatal kepala neh terkait dengan kenaikan tunjangan untuk pegawai PNS di pemprov NAD yang banyak orang sih diluar kewajaran (kata orang loh…)

Katanya sih ada yang nyampek 12juta / bulan, coba bayangkan itu belum termasuk gaji loh. Weleh…weleh… kalau uangnya ribuan semua bias satu kamar itu banyaknya huahaha.

Kemudian ada anggota dewan yang bilang, kenaikan ini bias menimbulkan kesenjangan, khususnya pegawai yang bertugas di provinsi dengan yang di kota atau kabupaten. Bayangkan saja ( yook kita bayangin lagi…) tunjangan pegawai di kota katanya hanya 800ribu. Beda jauh kan…

Nah yang itu tadi katanya dewan ya. Sekarang kata saya neh… Pertama kalau menurut pengamatan saya, kenaikan tunjangan itu sebenarnya sah-sah saja. Terserah bos-nya to ya. Saya ini kan cuma wong cilik.

Yang kedua tadi anggota dewan bilang tunjangan menimbulkan kesenjangan pegawai provinsi dengan pegawai kota. Kok bisa-bisanya gitu loh anggota dewan yang katanya wakil rakyat melupakan rakyatnya. Yang pasti kan kenaikan tunjangan jelas semakin meningkatkan kesenjangan antar rakyat toh. Rakyat yang pegawai propinsi dengan rakyat yang bukan pegawai apa-apa. Yang kemaren jurang kesenjangannya hanya 2 meter, nanti kalo dah naik bias-bisa jadi 12 meter lagi. Coba bayangkan (yook….)

ehm… atau jangan-jangan sang pengambil kebijakan lagi demam “anggota dewan”, kena virus naikin aja tunjangan semau perut sendiri. Semoga enggak sih dan saya slalu berharap slalu sehat wal afiat ajah juga tetap peka dengan kehisupan sosial masyarakatnya yang tidak seberuntung para pegawai pemprov.

Yah itulah berita pagi ini yang sempat saya baca dan bikin saya harus garuk-garuk kepala.
Baca berita hari ini (Serambi Indonesia,29/1) nampaknya saya harus garuk-garuk kepala, bukan karena gatal atau ada ketombe, tapi oleh isi berita yang ada didalam koran itu. Berita yang bikin gatal kepala neh terkait dengan kenaikan tunjangan untuk pegawai PNS di pemprov NAD yang banyak orang sih diluar kewajaran (kata orang loh…)

Katanya sih ada yang nyampek 12juta / bulan, coba banyangkan itu belum termasuk gaji loh. Weleh…weleh… kalau uangnya ribuan semua bias satu kamar itu banyaknya huahaha.

Kemudian ada anggota dewan yang bilang, kenaikan ini bias meniimbulkan kesenjangan, khususnya pegawai yang bertugas di provinsi dengan yang di kota atau kabupaten. Bayangkan saja ( yook kita bayangin lagi…) tunjangan pegawai di kota katanya hanya 800ribu. Beda jauh kan…

Nah yang itu tadi katanya dewan ya. Sekarang kata saya neh… Pertama kalau menurut pengamatan saya, kenaikan tunjangan itu sebenarnya sah-sah saja. Terserah bos-nya to ya. Saya ini kan cuma wong cilik.

Yang kedua tadi anggota dewan bilang tunjangan menimbulkan kesenjangan pegawai provinsi dengan pegawai kota. Kok bisa-bisanya gitu loh anggota dewan yang katanya wakil rakyat melupakan rakyatnya. Yang pasti kan kenaikan tunjangan jelas semakin meningkatkan kesenjangan antar rakyat toh. Rakyat yang pegawai propinsi dengan rakyat yang bukan pegawai apa-apa. Yang kemaren jurang kesenjangannya hanya 2 meter, nanti kalo dah naik bias-bisa jadi 12 meter lagi. Coba bayangkan (yook….)

ehm… atau jangan-jangan sang pengambil kebijakan lagi demam “anggota dewan”, kena virus naikin aja tunjangan semau perut sendiri. Semoga enggak sih dan saya slalu berharap slalu sehat wal afiat ajah juga tetap peka dengan kehisupan sosial masyarakatnya yang tidak seberuntung para pegawai pemprov.

Yah itulah berita pagi ini yang sempat saya baca dan bikin saya harus garuk-garuk kepala.

28 Januari 2009

Kerokan

8 komentar
Hari minggu (25/01) kemaren kayaknya jadi hari yang cukup membuat repot badan saya. Dari siang badan sudah terasa pegal dan ngilu-ngilu, berarti tanda-tanda meriang segera datang. Tak salah memang, perjalanan panjang Medan-Banda Aceh badan saya harus ditemani dengan meriang dan badan ngilu-ngilu.

Suer deh. Ditanggung nggak enak banget kalo badan lagi meriang. Minum jamu instan pun tak ketinggalan saya lakukan, biar bablas angine begitu kira-kira kata almarhum Basuki yang dulu sering nongol di tivi.

Sampai minggu malem badan saya masih juga belum bisa diajak berasik-asikan. Akhirnya seperti kebiasaan lama yang dari kecil sudah diperkenalkan, ambil recehan plus balsem, siap deh buat kerokan.

Kalau merunut kembali sejarah kerokan yang sudah saya praktekkan berpuluh tahun lamanya, kerokan ini sudah kayak garam dalam masakan, kira-kira begitu. Kalau masakan nggak ada garam kan terasa hambar, nah kalau pas lagi masuk angin nggak ada kerokan tuh rasanya juga hambar plus kurang greng gitu loh.

Saya masih inget betul. Dulu tuh saya pas masih batita orang tua saya kalo melakukan ritual kerokan ini biasanya pake brambang(bawang merah) ditambah dengan minyak kayu putih. Ritual semacam beginian ini yang bikin saya terasa hangat walaupun sebenarnya sangat nggak nyaman. Gimana nggak, badan dicolek-colek pake brambang kan lengketnya bukan maen. Dah mirip kayak lele yang mau disantap dengan sambel lamongan gitu deh.

Periode berikutnya tentang kerokan bagi saya berlanjut ketika tradisi kerokan juga dilakukan oleh mbah Somo, yang ini ibunya mbak Ros yang ngasuh saya waktu balita. Kalo saya lagi masuk angin, saya yang waktu itu masih kecil-kecilnya itu langsung ditidurkan telungkup di atas pangkuannya dengan baju terbuka. Habis itu langsung deh, kerokannya pake benggol(duit recehan jaman belanda) ditambah dengan minyak tanah kalo enggak pake minyak kayu putih. Mak nyos...kenikmatannya pun tak tergantikan sampai sekarang.

Yah begitulah cerita tentang kerokan yang sangat membekas dalam kehidupan sejarah. (Wah kalau bisa-bisa jadi tema baru buat nulis sejarah neh hahaha “sejarah kerokan”)

Dus...sekarang kita tinjau kerokan dari sudut pandang yang (katanya) ilmiah. Menurut Dr. Koosnadi Saputra, Sp.R, akupunkturis klinik, kerokan itu mirip prinsip pemanasan dengan menggunakan moxa yang sering dipakai saat jarum akupunktur ditusukkan pada tubuh untuk mengatasi masuk angin. Prinsip ini juga tidak jauh berbeda dengan model terapi kop yang biasanya menggunakan alat seperti tanduk, gelas, karet, tabung bambu dan lain-lain. Dr. Koosnadi menyebutkan, prinsip kerokan adalah upaya meningkatkan temperatur dan energi pada daerah yang dikerok. Peningkatan energi ini dilakukan dengan pemberian rangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan merangsang permukaan kulit lewat dikerok, saraf penerima rangsang di otak menyampaikan rangsangan untuk menimbulkan efek memperbaiki organ yang terkait dengan titik-titik meridian tubuh seperti misalnya organ paru-paru.

Dr. Handrawan Nadesul menambahkan, efek kerokan yang hendak dicapai adalah mengembangnya pembuluh darah kulit yang semula menguncup akibat terpapar dingin atau kurang gerak, sehingga darah kembali mengalir deras. Penambahan arus darah ke permukaan kulit ini meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan virus.

Menurut Didik Tamtomo, dosen FK UNS yang menjadikan kerokan sebagai bahan penelitian gelar doktor di FK Unair, secara ilmiah, praktik pengobatan ini terbukti mampu mengobati gejala masuk angin atau sindroma dingin yang memiliki gejala nyeri otot (mialga). Pada kerokan, secara ilmu biologi molukuler terjadi suatu reaksi inflamasi atau radang dengan segala respon yang mengikutinya seperti perubahan diameter vaskuler (pembuluh darah), migrasi sel darah putih (leukosit) dan pengeluaran mediator inflamasi seperti IL-1 beta, Clq, C3, Beta endorfin dan PGE2.

"Nah, biang penyebab rasa nyeri adalah PGE2 karena menaikkan kepekaan nosiseptor yang disebut sentra sensitisasi. Sehingga jika kadar PGE2 bisa diturunkan maka nyeri tersebut akan berkurang," ujar Didik.

Selain mediator inflmasi, pada kerokan juga terjadi rangsangan pada keratinosit dan endotel atau lapisan paling dalam pembuluh darah yang akan bereaksi dengan munculnya propiomelanokortin (POMC). POMC merupakan polipeptida yang kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah satunya adalah Beta endorfin.

Dalam penelitian yang dilakukan Didik, pasca kerokan didapatkan peningkatan IL-1 beta, Clq, dan Beta endorfin. Sementara kadar C3 dan PGE2 justru turun. Hasil ini menyebabkan berkurangnya nyeri otot, rasa segar, nyaman dan eforia. Inflamasi yang ditimbulkan selain meredakan nyeri otot juga akan memicu reaksi kardiovaskuler. Tandanya adalah peningkatan temperatur tubuh secara ringan, antara 0,5-2 derajat Celcius.

Nah begitu cerita tentang kerokan. Mohon doanya ya biar saya lekas sembuh total, biar bisa jingkrak-jingkrak lagi. :)

disarikan dari pengalaman pribadi dan beberapa sumber yang dapat dipercaya.
foto: dok pribadi (boleh kok kalau ada yg mau kopi-paste)

22 Januari 2009

Pancasila Kita

4 komentar

Beberapa waktu lalu saya mendapat kiriman sebuah buku baru yang sudah enggak baru lagi (terbitan tahun 2002). Judulnya dari Samudra Pasai ke Yogyakarta yang diterbitkan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia. Bukunya asyik banget yang isinya kumpulan tulisan dari banyak orang yang dipersembahkan sebagai “Kado Ultah Prof. Ibrahim Alfian”.

Dari sekian banyak tulisan yang menarik itu, ada salah satunya yang menyinggung sedikit tentang pancasila tulisan dari Pak PJ. Suwarno. Beliau mengomentari kembali buku Sejarah Nasional Indonesia VI yang diperbandingkan kembali dengan pernyataan Bung Hatta, siapa sih sebenarnya perumus Pancasila.

Namun, saya tidak akan memperpanjang perdebatan tentang siapa perumus Pancasila tadi. Saya cuma mau sedikit mengutip dari kutipan yang ada di buku ini (weleh…weleh… sudah kutipan dikutip lagi. Hehehe…). Yaitu “ Bung Karnolah satu-satunya yang tegas-tegas mengusulkan filosofishe grondslag untuk negara yang akan dibentuk; yaitu lima sila yang disebut Pancasila; hanya urutannya sila Ketuhanan ada di bawah”.

Nah, sekarang bukan siapanya yang akan saya otak-atik, tapi ada yang lebih menarik dari kutipan tersebut untuk lebih dipelototin. Yaitu “urutan sila Ketuhanan ada di bawah”.

Saya jadi teringat lagi neh pada masa-masanya kuliah dulu. Pas ngambil mata kuliah pancasila, kuliahnya ngluruk sampai ke Fakultas Filsafat. Saya ingat waktu itu dosennya emang nggak sesuai dengan jadwal yang tertulis. Dan iyanya lagi, sang dosen itu ngaku kalau emang sebagai dosen pengganti, dari pertama kuliah sampai ujian akhir (yang gini neh namanya ngganti nggak sih? Ngganti ko dari awal sampe akhir. Hihihi…) Tapi saya cukup beruntung walaupun Cuma dosen serep tapi kuliahnya top markotop. Sangat demokratis & kritis.

Dalam salah satu kuliahnya pun, sempat-sempatnya diajak berdiskusi, berfilsafat dengan Pancasila. Waduh kalo yang beginian harus siap-siap obat sakit kepala sebelum kuliah lho. ”Bagaimana ideal Pancasila?”, kira-kira begitu mungkin ya kalo nggak salah inget, lha dah bertahun-tahun je…

Waktu itu diajak berimajinasi kayaknya lebih tepat nyebutnya. Gimana nggak, Pancasila yang dibikin bertahun-tahun yang lalu sebelum saya lahir kok disuruh pusing membolak-balik. Dari hirarki sampai entah apanya gitu.

Dan saya pun sekarang kembali bertanya. Apa iya Pancasila yang sekarang itu sudah pas? Sekali lagi melihat kutipan di atas tadi. Saya sangat sependapat dengan gagasan Bung Karno. Bahwasannya sila Ketuhanan itu ada di bawah. Ini bukan berarti saya melecehkan Tuhan.

Tuhan kok dibawah to Gunk? Nggak takut kualat po koe?

Alesan saya sederhana saja. Kalau Ketuhanan itu ada di depan berarti tujuan akhirnya adalah keadilan social. Nah lagi-lagi menurut saya, tetap pas, kalau Tuhan itu ada di belakang, jadi setelah keadilan social terpenuhi kita akan tetap ingat dengan Tuhan dan kalau selalu ingat Tuhan kita semua akan bebas dari apa yang namanya itu Pekat alias penyakit masyarakat, seperti korupsi yang sekarang ini bukan hanya konsumsi pejabat di atas saja, tapi virusnya juga sudah mulai menjangkiti wong cilik.

Yah mungkin itulah harapan Bung Karno dulu yang menempatkan Ketuhanan di bawah agar rakyat Indonesia ini punya tujuan akhirnya yang selalu ingat dengan Tuhan.

Wallahualam..

Semoga kita selalu ingat Tuhan kita!

20 Januari 2009

Bermutukah Negeri Kita?

16 komentar
Hari ini selasa siang pas baca koran Kompas hari Minggu 18 Januari 2009 yang udah basi (hehehe biz kalo di kantor tuh mau baca kompas tu nunggu siang ba'da lohor baru nongol, nah kalo mau baca koran minggu ya hari senin atau bisa-bisa hari slasa kayak gini). Tapi ga usah diomongin lagi tentang kebasian korannya. Yang penting berita masih layak kok untuk dibaca.


Nah selesei baca halaman 1, seperti kebanyakan orang baca, halaman 2 lah yang harus antri untuk dibaca. Pas baru buka lembaran halaman 2 itulah ada satu artikel yang nohok banget deh. kayaknya serasa dipukul petinju Elias Pical kalau berita ini dibaca pas tahun 80-an hahaha. "Demokrasi Terancam: 60 % anggota DPR Tidak Bermutu".


Yak benul...eh bener & betul. itulah kira-kira hasil penelitian yang dilakukan oleh Pak Idrus Marham untuk disertasinya.


Kok bisa ya? itulah kira-kira yang menjadi pertanyaan kita sebagai warga negara yang diwakili orang-orang itu di Dewan. kayaknya dulu saya pas nyoblos tu kayaknya orangnya pinter n bermutu loh. Suer deh...berani disamber cewek cantik kalo boong! "Lha dulu tu yang saya coblos tu gelarnya banyak sekali lo mas", mungkin itu ekspresi saya kalau ditanya "kamu dulu tu nyoblos sopo to lee?"


Tapi yah itulah kenyataannya, bahasa kerennya realitanya gitu loh.


Ato jangan-jangan negeri ini juga negeri yang tidak bermutu yah? saya jadi bingung sendiri neh. Jadi selama ini saya hidup di negeri tidak bermutu dengan wakil saya yang juga tidak bermutu, yang kerjaannya santai-santai, ngadem dibangku yang empuk. weleh...weleh...


Coba saya cubit lagi tangan & pipi saya ini. Duh...sakit tenan je... Jadi saya nggak bermimpi neh? Duh Gusti paringana ngapura. Sadarkanlah wakil-wakil saya yang lagi duduk-duduk di Senayan itu untuk tetap belajar yang rajin. Biar semakin hari bertambah mutu dan bikin negeri ini tambah bermutu juga.

14 Januari 2009

War is Over

5 komentar

Perang...perang...perang...

Basi banget deh kayaknya kalo tiap hari denger itu...itu aja. Yang bakal untung siapa sih kalo tiap hari perang?kayaknya nggak ada tuh yang diuntungin. Paling cuma kepuasan sesaat aja kali ya.

Buat nginget-inget aja yang hobi banget perang-perangan baik antar negara, antar anak maupun buat suami-istri. Photo koleksi KITLV yang judul aslinya" Personeel van de Cura aosche Petroleum Industrie Maatschappij viert de bevrijding van Nederland aan het eind van Tweede Wereldoorlog mee"
neh cocog banget deh buat dipajang di kamar & buat diliat-liat setiap hari, setiap saat.

Jadi... hindari perang :D

sumber photo : www.kitlv.nl

13 Januari 2009

Jangan Pilih Partai Yang Tidak Ramah Lingkungan

11 komentar
80-an hari lagi neh pemilu '09 segera datang. Buat yang punya hobi kampanye nah pas banget neh acara 5 tahunan buat nyalurin hasrat membualnya hahaha. pis...men santai aja nggak usah emosi. Diprovokasi gitu aja nesu.

Trus buat rakyat kebanyakan, kayak saya ini, paling-paling Pemilu atau hura-hura kampanye itu cuma nonton aja. Yaa itung-itung hiburan gratis bin tanpa bayar. ya toh?

Tapi jangan sampai lupa loh yah. Siap-siapin obat pusing kepala. loh kok? lah iya. mBesok tuh setelah sekian hari kita dihibur dagelan-dagelan politik yang serba gratis (murahan ga ya?) kita diwajibkan (kata pemerintah) untuk mencentrang tanda gambar partai atau gambar photo aktor-aktor pemilu. Nah yang bikin pusing itu buuuanyaknya tanda gambar partai yang harus kita pilih. Jaman dulu aja milih 3 aja pusing apa lagi sekarang, 40 partai yang jelas bikin nambah pening.

Biz tuh apa sih yang buat kita semua tertarik untuk mencentrang salah satu nama atau parpol? nah inilah sebenarnya yang harus kita cermati. Kalau dirunut-runut sih dari 5 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu kayaknya kampanye mereka sama aja. Trus mau dikemanakan neh suara kita nanti, kalau impian para Caleg aja cuma sekedar basa-basi. Jangan-jangan "habis manis sepah dibuang" (ini bukannya su'udhon loh :p).

Ehm...berarti kita harus lebih teliti dong bang? (ciey sok romantis neh)

Ya harus dong... Setidaknya isu apa sih yang sekarang lagi hot-hotnya. nah peka nggak si Caleg itu dengan isu tersebut. Contoh kasus; sekarang kan lagi musim gosip tentang global warming. Nah ada nggak caleg yang angkat isu tersebut.

Jangan-jangan habis kepilih jadi AngLeg, mereka seenaknya aja ongkang-ongkang enak-enakan. Sebagai gambarannya, di atas tuh saya pasang gambar caleg yang seenak udel-nya maen paku pohon yang sebenernya buat ngademin rakyat yang lagi kepanasan di jalan.

Tuh kan... katanya pro rakyat. Fasilitas buat rakyat aja dirusak. uuu... ra duwe isin... Jangan-jangan lagi lebih parah nanti. Hutan-hutan dipaku, dikapling, trus ditebang, duite bukan masuk kantongnya sendiri, tapi masuk kantong istrinya hahaha...

Maka... Waspadalah... Banyak Caleg busuk yang sok wangi loh.

Buat Caleg yang pro dengan saya. Alhamdulillah...

12 Januari 2009

Indahnya Indonesiaku

3 komentar





Ehm...perjalanan panjang mendebarkan akhirnya terlewati. Rencana jalur Banda Aceh - Meulaboh yang awalnya mo lewat jalur tengah tiba-tiba harus putar arah lewat jalur pantai barat Aceh. wuis...mak nyos dech. Denger-denger jalan lintas barat neh belum ok n bersahabat gitu gosipnya.

& nggak usah diceritain panjang-panjang ya! ternyata eh ternyata... luar biasa.

Bener-bener diluar dugaan. Jalan sih emang nggak bagus-bagus amat. Tapi pemandangannya Om...Tante,,,
Pertama keluar dari Banda, Jalan muluz nan lebar menyambut. maklum buatan "Amerika" hehehe.

Tapi jangan salahkan saya memprovokasi dengan ajakan untuk lewat jalur ini ya. Soale selain jalan cantik nan muluz & sexy, kita juga akan bertemu dengan jalan yang agak becek-becek mendesah. Dan yang pasti kita harus lewati tiga rakit yang nggak ada duanya di daerah lain. Tapi tetep asyik banget.

Sepanjang perjalanan saya merasakan betapa indahnya Indonesiaku dengan limpahan alamnya yang cuantix banget. Sepanjang jalan pemandangan indah pantai akan menemani, menjadi sahabat yang paling setia ketika cape mulai datang menyerang bagian punggung dengan kepegalan-kepegalan yang memijat. Selepas lewat Lamno kita juga bisa beristirahat bentar dengan ditemani lemang. Kalo yang ini bukan alat memijat, tapi alat menyumpal perut atawa makanan khas Aceh yang terbuat dari beras ketan, yang dimasak dalam bambu yang telah dilapisi daun pisang, bis tu baru deh dibakar diatas bara api. Enaknya sih dimakan pas lagi hangat-hangatnya. Wah...wah jadi teringat di Kaliurang neh. Kalo di Kaliurang namanya Jadah,
ne juga dari beras ketan tapi masaknya nggak di dalam bambu.

Pokoknya nggak bakalan rugi deh lewat jalur barat, walaupun mungkin agak susah nemuin duren hahaha.

Terakhir, yang bikin trenyuh. Saat pemandangan indah pantai masih menyisakan guratan sisa-sisa Tsunami empat tahun yang lalu. Daratan yang tadinya masih banyak pohon kelapa kini hanya meninggalkan batang-batang kokoh yang sudah tak bernyawa lagi.

Wis lah... Meulaboh segera nyampe.

 

goenkism Copyright © 2008 Black Brown Pop Template by Ipiet's Blogger Template